Jakarta – Agenda pembangunan berkelanjutan (SDGs) 2030 menuntut untuk mengatasi kemiskinan, kesenjangan, kesehatan yang baik dan sanitasi dalam bentuk aksi yang nyata. Disisi lain, transisi epidemiologi justru menimbulkan masalah-masalah baru dan berkelanjutan, salah satunya di bidang gizi. Pesatnya industri pangan, meningkatnya prevalensi penyakit akibat kurang gizi, timbulnya masalah obesitas, serta munculnya beragam problematika gizi. Masalah-masalah tersebut dapat diatasi salah satunya dengan meningkatkan Sumber Daya Manusia di bidang Gizi. Diperlukan sarjana gizi yang siap mengelola program gizi dan menjawab tantangan era globalisasi.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jakarta berupaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di bidang ilmu gizi dengan membuka Program Studi Sarjana Gizi. Pengajuan Program Studi tersebut telah disetujui dan resmi mendapatkan Surat Keputusan Pembukaan oleh Menristekdikti melalui LLDIKTI Wilayah III Jakarta. Dr. Ir. Illah Sailah, MS selaku Koordinator LLDIKTI Wilayah III dalam agenda Serah Terima SK Pembukaan Prodi Gizi STIKIM, Jum’at (26/10/18) menuturkan, “Program Studi pada Perguruan Tinggi kesehatan haruslah memperhatikan Learning Output sebagai poin dalam mencetak lulusan yang berkualitas, lulusan yang memiliki kompetensi dalam menghadapi berbagai masalah kesehatan”.
Selain Program Sarjana Gizi, STIKIM juga telah mengelola tujuh Program Studi yaitu Diploma III Manajemen Pelayanan Rumah Sakit, Diploma III Asuransi Kesehatan, Diploma IV Kebidanan, Sarjana Kesehatan Masyarakat, Sarjana Keperawatan, Profesi Ners, dan Magister Kesehatan Masyarakat. (sld)