Waspada, Delta Plus Tembus Negeri Tetangga

Varian Delta Plus belum ditemukan di Indonesia. Daya penularanya dilaporkan 10 persen lebih kuat dari varian Delta biasa. Sejauh ini, 92 persen infeksi Delta Plus hanya terjadi di Ingggris.

Ancaman badai Covid-19 terus berkembang dinamis dan pemerintah selalu menyiapkan kebijakan taktis. Maka, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, untuk mengantisipasi penyebaran varian virus corona AY.4.2 (Delta Plus), yang  dilaporkan telah masuk ke negara jiran Malaysia, tak tertutup kemungkinan pemerintah memperpanjang masa karantina bagi pelaku perjalanan internasional.

“Sekarang sudah ada dari Inggris yang masuk ke Malaysia, yakni varian Delta AY.4.2, dan ini menurut saya harus kita waspadai,” ujar Luhut, dalam konferensi pers melalui Youtube Sekretariat Presiden, Senin (8/11/2021).

Perubahan peraturan bisa sewaktu-waktu diberlakukan. “Jadi bukan tak mungkin nanti kalau orang datang dari luar, kita berlakukan karantinanya jadi tujuh hari,” lanjutnya.

Luhut menuturkan, proses pengambilan keputusan soal kebijakan penanganan pandemi saat ini  berbasis sains. Pemerintah telah memiliki data terkini, sudah memahami membaca data itu, dan percaya diri untuk mengambil keputusan secara jernih. Keputusan yang cepat menjadi kebutuhan.

“Jadi, saya mohon teman-teman di luar, jangan berpikiran bahwa kita ini tak konsisten. Kami sangat konsisten. Yang tidak  konsisten itu penyakitnya. Strategi kita, taktik kita, akan selalu bermuara pada bagaimana perilaku Covid-19 ini,” kata Menko Luhut yang juga koordinator pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) untuk wilayah Jawa-Bali.

Untuk diketahui, saat ini pemerintah menetapkan masa karantina tiga hari untuk pelaku perjalanan internasional yang masuk ke Indonesia, bagi yang sudah menjalani vaksinasi Covid-19 dosis lengkap. Untuk mereka yang baru menjalani vaksin dosis pertama, masa karantinanya lima hari. Bila terjadi perubahan durasi karantina, langkah ini antara lain dimaksudkan untuk menangkal corona AY.4.2, momok baru yang menjadi salah satu penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Inggris sejak Juli lalu.

Sejauh ini, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memastikan, varian AY.4.2 ini belum terdeteksi ada ke Indonesia. “AY.4.2 sudah ditemukan di Malaysia, tetapi belum atau tidak terdeteksi di Indonesia sampai sekarang. kita melakukan genome sequencing antara 1.500 sampai 1.800 sebulan,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin, dalam konferensi seusai rapat terbatas evaluasi PPKM, Senin (8/11/2021).

Pemerintah sudah mengetatkan pengawasan di semua pos perbatasan Malaysia-Indonesia sebagai antisipasi. “Sampai sekarang kita belum lihat (ada kasus), tetapi perbatasan-perbatasan tetap kita jaga. Apalagi, dari Malaysia itu banyak orang Indonesia pulang dan pergi baik lewat jalur darat, laut, maupun udara udara,” ujar Menkes.

Kewaspadaan  akan varian baru ini, menurut Menkes, sangat ditekankan, karena varian ini dikhawatirkan ia lebih ganas dari varian Delta, setidaknya ia terbukti lebih kuat melewati hadangan vaksin untuk melakukan penularan. Hasil surveilance Badan Litbang Kesehatan, periode Januari 17 Oktober 2021  menunjukkan, dari 7.853 spesimen yang diperiksa secara whole genome squencing (WGS), terlihat 3.738 varian lama, yang umumnya ditemukan di kuartal pertama dan kedua. Berikutnya, yang sangat dominan adalah Varian Delta (B.1.617.2) yang ditemukan pada 4.825 spesimen.

Varian asal India itu telah tersebar merata dan dominan di seluruh provinsi Indonesia. Semuanya masih dalam tipe lama, yang disebut Delta AY.4. Ada pun varian Beta (B1.351) asal Afrika Selatan hanya ditemukan pada 22 spesimen di Jawa-Bali. Varian Alpha (B.117) asal Inggris, ditemukan pada 68 spesimen, beredar di Sumatra dan sebagian besar di Jawa. Tak ada varian AY.4.2

Baca Juga : Kabar Baik, untuk Obat Covid-19

Delta Plus

Kementerian Kesehatan Malaysia mengonfirmasi adanya temuan dua kasus pertama Covid-19 dari varian Delta AY.4.2. Dua kasus yang terdeteksi sebagai varian Delta Plus ini merupakan kasus impor dari mahasiswa yang kembali dari Inggris yang terdeteksi ketika mereka menjalani karantina  setiba di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) pada 2 Oktober 2021  lalu.

Dua mahasiswa ini menjalani dua kali tes RT-PCR. Yang pertama, pada hari kedatangannya di KL dan  mereka dinyatakan negatif Covid-19. Toh, mereka harus menjalani karantina. Lima hari kemudian di tempat karantina, keduanya diperiksa swab lagi dan ternyata terkonfirmasi positif. Sampel spesimen itu segera dikirim ke lab Institute of Medical Molecular Biology, Universiti Kebangsaan Malaysia, dan ditemukan varian Delta Plus itu. Temuan itu dirilis Kementerian Kesehatan Malaysia, pada 30 Oktober.

Di antara varian virus Covid-19, varian Delta (B1.617.2)  tercatat memiliki jangkauan sebaran paling luas dan menimbulkan infeksi terbesar. Dengan demikian varian ini punya kesempatan bermutasi di lebih banyak tempat. Tak heran bila kini ditemukan 75 mutan turunan Delta, yang satu di antaranya adalah AY.4.2. Bahkan, mutan ini telah disebut varian karena kemunculannya yang konsisten dengan ciri tambahan mudah menular, melompati rintangan vaksin. Ia disebut Delta Plus.

Varian AY.4.2 ini dikenali dari perubahan fenotipnya dengan munculnya dua protein lonjakan akibat  mutasi pada protein Y145H dan A222V. Hingga akhir Oktober 2021, varian AY.4.2 telah mewakili 10 persen dari hasil surveilans di Inggris Raya. Namun, varian ini masih bisa dikenali oleh peralatan PCR standar. Vaksin yang ada saat ini juga masih efektif, setidaknya dapat mengurangi keparahan, yang membuat pasien harus dirawat di rumah sakit, masuk ruang ICU, dan menekan tingkat kematian.

Sinyalemen bahwa varian AY.4.2 itu memiliki daya tular 10 persen lebih tinggi dibandingkan varian Delta yang umum (AY.4), dirilis oleh portal Healthline, Inggris, Oktober silam, dengan merujuk hasil penelitian dari University College London Genetics Institute. Namun, sebagian ahli yang lain masih yakin pada pandangan klasik bahwa lebih menular tidak selalu berarti lebih mengkhawatirkan.

Sejauh ini serangan varian Delta Plus itu lebih banyak terjadi di Eropa Barat. Dari semua kasus yang ada, insidensi infeksi varian AY.4.2 sebagian terbesar terjadi di daerah Inggris Raya, yakni 92 persen. Para tetangga pun belum banyak yang tertular. Denmark dan Jerman, masing-masing menyumbang satu persen kasus.

Kasus lainnya dilaporkan dari Amerika Serikat, Israel, Rusia, selain Malaysia.  Di Israel, pemerintah setempat mengonfirmasi temuan kasus AY.4.2 pada seorang bocah laki-laki berusia 11 tahun yang tiba dari Eropa. Kasus di Israel tak dilaporkan menimbulkan keparahan yang lebih. Hal yang serupa terjadi di Malaysia.  Jadi, tak perlu panik, tapi selalu waspada.

Sumber : indonesia.go.id

About pakem

Leave a Reply

Your email address will not be published.