Pemberdayan Peran Orang Tua Dalam Pencegahan Cyberbullying Pada Remaja

Akhir-akhir ini berita kasus bullying di Indonesia kembali meruak ke permukaan. Berita kasus bullying di sebuah sekolah menengah atas di Jakarta seakan menjadi fokus pembahasan media massa dalam negeri. bullying terus mewarnai dunia pendidikan Indonesia tanpa pengentasan serius. Senior memiliki alasan bahwa tindakan seperti itu adalah tradisi yang dulu juga pernah diterimanya ketika masih menjadi junior. Siswa yang lemah sering dimintakan uang oleh temannya yang lebih kuat secara fisik, dipaksa mengerjakan pekerjaan rumahnya, disuruh melakukan hal-hal buruk seperti merokok, mengkonsumsi narkoba, dilecehkan secara seksual, dan disiksa tanpa alasan jelas, bahkan dibunuh. Menurut Asosiasi Psikolog Amerika, 40-80 persen anak sekolah mengalami bullying.

Intimidasi dalam segala bentuknya termasuk cyberbullying merupakan masalah yang berkelanjutan di sekolah. Mengingat 2 Paajarvi, S. (2012). Media menggunakan antara anak-anak 7-11 tahun dan pengalaman mereka di bidang pendidikan media. Anak Media Barometer 2011. Diperoleh dari Finlandia Masyarakat di Media Educationwebsite: http://www.mediaeducation.fi/publications Paul, S., Smith, PK, & Blumberg, HH (2012). Meninjau kembali cyberbullying di sekolah-sekolah menggunakan pendekatan lingkaran kualitas. Sekolah Psikologi International , 33 , 492-504. http://dx.doi.org/10.1177/0143034312445243 Raskauskas, J., & Stoltz, AD (2007).

Keterlibatan dalam bullying tradisional dan elektronik di kalangan remaja. Psikologi Perkembangan , 43 , 564- 575. http://dx.doi.org/10.1037/0012-164943.3.564 Rivers, I., Chesney, T., & Coyne, I. (2011). Cyberbullying. Di C. P. Monks, & SAYA. Coyne (Eds.), Bullying di berbeda konteks (pp. 211-230). Cambridge: Cambridge Uni keanekaragaman Press. 3 Monks, C. P., Mahdavi, J., & Rix, K. (2016). The emergence of cyberbullying in childhood: Parent and teacher perspectives. Psicología Educativa, 22(1), 39-48. konsekuensi berat dapat diderita siswa (sosial, psikologis dan fisik) tidak mengherankan bahwa sejumlah program intervensi telah dikembangkan, dengan sebagian menganjurkan pendekatan seluruh sekolah.

Cyberbullying telah menjadi masalah yang berkembang di sekolahsekolah. Ini mencerminkan bentuk-bentuk intimidasi dalam tiga elemen yang mengidentifikasi intimidasi: perilaku yang berulang-ulang, ada niat untuk menyakiti, dan melibatkan beberapa bentuk ketidakseimbangan kekuatan. . Sementara cyberbullying adalah bentuk terbaru bullying di kalangan siswa dalam bentuk: fisik (memukul, menendang), non-fisik (pengecualian, manipulasi), verbal (mengejek, menggoda), relasional (dipaksa untuk mematuhi dengan aturan lain), dan seksual (merendahkan, mempermalukan, menghina atau mengendalikan lain atas dasar jenis kelamin atau orientasi seksual)

Pengabdian kepada masyarakat telah dilakukan oleh dosen dan mahasiswa Prodi Ners STIKIM pada tanggal 11 Juni 2018 di daerah binaan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Menurut dosen Prodi Ners STIKIM Ns. Hari Ghanesia Istiani, MKM Pemberdayan Peran Orang Tua Dalam Pencegahan Cyberbullying Pada Remaja sangat penting diajarkan kepada orang tua secara berkelanjutan dan terbimbing agar terbentuk perilaku sehat yang menetap dan terdapat pencegahan perilaku bully. Akan tetapi tetap dibutuhkan penguatan dari berbagai pihak termasuk dari keluarga, sekolah dan lingkungan.

(Oleh: Ns. Hari Ghanesia Istiani, MKM – Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Indonesia Maju, Jakarta)

About pakem

Leave a Reply

Your email address will not be published.