PELATIHAN CORPORATE COMMUNICATION DI LINGKUNGAN PT. BRI

Shulhuly Ashfahani

Organisasi merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Terdapat ilmu yang mengkaji mengenai organisasi seperti Ilmu Management dan Ilmu komunikasi. Menurut Everett M. Rogers dan Rekha Agarwala dalam bukunya “Communication in organizations” yang menyatakan bahwa Organisasi adalah “ Sistem yang mapan dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian kerja”. (Effendy uchjana onong: 2009, 2). “Management dan organisasi dapat diibaratkan sebagai jiwa dan raga” (Effendy uchjana onong: 2009,1).

Organisasi tanpa management tidak bisa berjalan, begitupun sebaliknya. Menurut Terry management adalah “ Proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: Perencanaan, pengorganisasian penggiatan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain” (Effendy uchjana onong: 2009, 6). Kegiatan management didalam organisasi tesebut terdapat dalam Internal organisasi. Dalam organisai terdapat publik yang terlibat dalam menjalankan sistem dan aktivitas organisasi. Publik tersebut terbagi kedalam tingkatan jabatan (atasan-bawahan) serta pembagian kerja yang bergantung satu sama lain (sistem) hal ini sering disebut dengan strukture organisasi. Dalam menjalankan sistem tersebut, pastinya dibutuhkan komunikasi yang lancar antara pimpinan ke bawahan, bawahan ke pimpinan, maupun departemen yang sejajar tingkatanya.

Komunikasi yang ideal adalah komunikasi dua arah (two way traffic communications), tidak hanya komunikasi dari atasan saja ke bawahan tetapi juga dari bawah ke atasan. Sering kali kita temui dalam organisasi dengan sistem management klasik sering mengabaikan opini serta aspirasi karyawan akibat asumsi negatif seperti perbedaan level dan merendahkan karyawan, dalam persfektif humanis hal ini tidak manusiawi karena karyawan merupakan pihak yang perlu dijaga dan dihargai. Selain komunikasi interaktif antara atasan dan bawahan, juga diperlukan komunikasi dua arah antar individu yang selevel jabatanya, tujuanya adalah menjalin relasi,berdiskusi, berbagi, hiburan, berkoordinasi dan sebagainya. Efeknya adalah harmonisasi maupun kekeluargaan antara pimpinan dan bawahan, bawahan dengan bawahan sehingga terciptanya saling pengertian. Hal ini juga akan meredam konflik kepentingan karyawan, dimana karyawan memiliki masalah pribadi masing-masing yang harus dipisahkan dari pekerjaan. Jika pimpinan berhasil melakukan komunikasi dua arah dan menciptan suasana harmonis dengan karyawan seperti paragrap di atas berarti pimpinan telah melakukan metode Public relation dalam pimpinanya. Salah satu cirinya adalah komunikasi yang berlangsung dua arah scara timbal balik. Dalam hal ini, “Purel merupakan suatu kegiatan komunikasi yang khas sehingga pimpinan dalam suatu organisasi bagaimanapun juga kecilnya dapat melaksanakan Purel” (Effendy uchjana onong: 2009, 95). Semakin besar organisasinya semakin rumit pula managementnya, sehingga semakin luas pula ruang lingkup Purel yang harus dilakukan. Hal tersebut tidak mungkin dilaksanakan oleh Top manager sendiri. Karenanya ‘Kegiatan komunikasi yang khas’ tersebut dapat dilembagakan dalam bentuk biro (State of being). Sedangkan pejabat yang ditugaskan untuk memimpinya dinamakan Public relation officer (PRO) ataupun Humas. Sehingga pimpinan lebih fokus terhadap pekerjaanya, sedangkan urusan relasi dengan publik diserahkan kepada unit PRO.

Mungkin tanpa PRO komunikasi dalam organisasi akan tetap berjalan lancar, karena pimpinan masih dapat menangani komunikasi tersebut serta masalah yang timbul. Tetapi jika organisasi tersebut besar akan sulit menyeimbangkan antara mengurus publik (Internal-eksternal) dengan pekerjaanya sebagai pimpinan. Jika hal ini dibiarkan dan diabaikan, seringkali akan muncul masalah dan konflik akibat tidak lancarnya arus komunikasi baik secara vertikal maupun horizontal. Ditambah lagi jika seorang pimpinan tidak paham mengenai konsep PR dan menekankan hanya pada hasil kerja mengesampingkan aspek kemanusiaan. Karyawan pun kurang diperhatikan kesejahteraanya sehingga terjadi penurunan kinerja yang berakibat pada penurunan produktivitas dan pencapaian tujuan tertunda. Karyawan adalah subyek yang perlu diberikan komunikasi yang menggugah perasaan, memotivasi serta persuasif. Sehingga karyawan maupun bawahan merasa dihargai dan berusaha untuk organisasi. Dalam teori, manager atau pimpinan dalam organisasi yang menerapkan management klassik sering menekan karyawan dengan perintah yang kasar dan semena-mena, pekerja dituntut untuk melakukan pekerjaan sebaik mugkin dan se ideal mungkin, sedikit saja kesalahan akan mendapat teguran maupun sanksi. Hal tersebut akan membuat tegang, tertekan serta luka dihati karyawan sehingga menyebabkan penurunan kinerja secara tidak langsung. Organisasi seharusnya memahami bahwa pekerja memasuki suatu organisasi memiliki harapan serta citacita selain itu juga perlu dihargai atas hasil kerja kerasnya. PRO memiliki peran yang strategis dalam komunikasi organisasi, lancarnya aktivitas organisasi serta suasana kondusif, harmonis dan aman tidak lepas dari peran PR. Dimana selain menjalin relasi dan berkomunikasi dengan pihak luar (eksternal), PR tidak boleh mengabaikan hubungan publik Internal. Karena Internal termasuk dalam ruang lingkup PR. Pubic Relations  adalah pihak yang lebih tahu mengenai peristiwa di dalam organisasi, karena yg mengklarifikasi.

About pakem

One comment

  1. wah sangat informatif!

Leave a Reply

Your email address will not be published.