Fenomena Tumpukan Sampah di Kamar Kos: Hoarding Disorder dari Sudut Pandang Psikologi

Di tengah perubahan gaya hidup modern, fenomena tumpukan sampah di kamar kos sering menjadi pemandangan yang tidak asing lagi. Masalah ini bukan sekadar soal kebersihan atau ketertiban, tetapi juga memiliki dimensi psikologis yang lebih dalam. Dalam konteks psikologi, perilaku ini dapat dikaitkan dengan gangguan penimbunan atau hoarding disorder, sebuah kondisi yang semakin mendapatkan perhatian dalam studi kesehatan mental.

Hoarding disorder adalah gangguan mental yang ditandai oleh kesulitan untuk membuang barang, terlepas dari nilai fungsional atau emosionalnya. Penelitian oleh Frost dan Hartl (1996) mengemukakan bahwa hoarding disorder memiliki akar psikologis yang kompleks, salah satunya adalah kesulitan dalam pengambilan Keputusan.Dalam kasus penghuni kamar kos, perilaku ini sering diperburuk oleh faktor-faktor seperti keterbatasan ruang, isolasi sosial, dan tekanan hidup di perkotaan. Beberapa dampak signifikan dapat mempengaruhi kualitas hidup individu, termasuk kesehatan fisik, mental, dan hubungan sosial mereka adalah. Dampak pertama, hoarding disorder dapat menciptakan kondisi lingkungan yang tidak sehat. Penumpukan barang, termasuk sampah, dapat meningkatkan risiko infeksi, alergi, dan gangguan pernapasan. Dari sudut pandang psikologi, lingkungan yang kacau juga dapat memperburuk kecemasan dan stres.

Dampak kedua, perilaku ini sering disertai oleh rasa malu dan ketidakmampuan untuk meminta bantuan. Sebuah studi oleh Frost dan Steketee (2010) menunjukkan bahwa individu dengan hoarding disorder sering merasa terasing dan takut dihakimi, yang pada akhirnya memperburuk kondisi mereka. Hal ini relevan dalam konteks penghuni kos yang mungkin jauh dari keluarga atau tidak memiliki sistem dukungan sosial yang kuat.

Dampak ketiga, dampaknya terhadap hubungan interpersonal juga tidak bisa diabaikan. Penumpukan sampah sering kali menyebabkan konflik dengan tetangga atau pemilik kos. Menurut Frost & Gross (1993), individu dengan hoarding disorder memiliki tingkat konflik interpersonal yang lebih tinggi dibandingkan populasi umum.

Gangguan ini memiliki akar yang kompleks, termasuk faktor genetik, pengalaman trauma, dan ketidakseimbangan neurotransmiter. Studi neuropsikologi menunjukkan bahwa individu dengan gangguan ini memiliki kesulitan dalam pengambilan keputusan dan pengolahan informasi, terutama terkait dengan nilai barang.

Dalam konteks penghuni kos, faktor-faktor seperti tekanan akademik atau pekerjaan, keterbatasan finansial, dan isolasi sosial dapat memperburuk gejala. Lingkungan kos yang sempit dan kurang terorganisasi sering kali menjadi pemicu perilaku penimbunan.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif. Pertama, terapi kognitif-perilaku (CBT) telah terbukti efektif dalam membantu individu mengubah pola pikir dan perilaku mereka terkait barang yang mereka simpan. Kedua, edukasi tentang pentingnya kebersihan dan pengorganisasian ruang juga dapat membantu mencegah masalah ini sejak dini. Ketiga, dukungan komunitas, seperti kelompok pendukung atau konseling, sangat penting untuk membantu individu merasa diterima dan didukung dalam upaya mereka.

Fenomena tumpukan sampah di kamar kos bukan hanya masalah estetika atau kebersihan, tetapi juga cerminan dari gangguan psikologis yang mendalam. Dengan pendekatan yang tepat, baik dari segi intervensi psikologis maupun dukungan sosial, individu yang mengalami hoarding disorder dapat dibantu untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Referensi

  1. Frost, R. O., & Steketee, G. (2010). Stuff: Compulsive hoarding and the meaning of things. Houghton Mifflin Harcourt.
  2. Frost, R., Steketee, G., & Greene, K. (2003). Cognitive and behavioral treatment of compulsive hoarding. Brief Treatment and Crisis Intervention, 3(3), 323-338. https://doi.org/10.1093/brief-treatment/mhg024
  3. American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). APA Publishing.
  4. Frost, R. O., & Gross, R. C. (1993). The hoarding of possessions. Behaviour Research and Therapy, 31(4), 367-381. https://doi.org/10.1016/0005-7967(93)90094-b
  5. Frost, R. O., Hartl, T. L., Christian, R., & Williams, N. (1995). The value of possessions in compulsive hoarding: Patterns of use and attachment. Behaviour Research and Therapy, 33(8), 897-902. https://doi.org/10.1016/0005-7967(95)00043-w
  6. Frost, R. O., & Hartl, T. L. (1996). A cognitive-behavioral model of compulsive hoarding. Behaviour Research and Therapy, 34(4), 341-350. https://doi.org/10.1016/0005-7967(95)00071-2

Penulis: Sephia Anggia Putri  (31220000016)

Mahasiswa Prodi Sarjana Psikologi UIMA

About evan

Leave a Reply

Your email address will not be published.