Penyakit tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat kita. Penyakit tuberculosis paru dimulai dari tuberculosis, yang berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis.
Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil berkulosis paru. Pada saat penderita batuk, butir-butir air ludah bertebangan di udara dan terhisap oleh orang sehat, sehingga masuk kedalam paru-parunya, yang kemudian menyebabkan penyakit tuberculosis paru (Sholeh S.Naga,2014).
Tuberkulosis (Tb) Paru merupakan penyakit menular, sehingga perlu kepatuhan penderita terhadap pengobatan yang dijalaninya. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan akan mengakibatkan tingginya angka kegagalan pengobatan, meningkatkan risiko kesakitan, kematian dan menyebabkan semakin banyak ditemukan penderita Tb Paru dengan Basil Tahan Asam (BTA) yang resisten dengan pengobatan standar. Pasien yang resisten tersebut akan menjadi sumber penularan kuman yang resisten di masyarakat. Hal ini tentunya akan mempersulit pemberantasan penyakit Tb Paru di Indonesia serta memperberat beban pemerintah (Departemen Kesehatan RI (Depkes, 2005). Menurut Ardiansyah (2012) Klasifikasi TB Paru ada dua bentuk yaitu Tuberkulosis Primer dan Tuberkulosis Sekunder.
Penyakit tuberkulosis ini pada umumnya menimbulkan tanda dan gejala yang sangat berbeda- beda pada masing- masing penderita, ada yang tidak bergejala namun ada juga yang bergejala sangat akut. Tanda- tanda dan gejala penderita TB pada anak menurut ( Depkes RI, 2013) seperti Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan adekuat, Demam lama (≥ 2 minggu ) dan / berulang tanpa sebab yang jelas, Batuk lama ≥ 3 minggu, Nafsu makan tidak ada, atau berkurang, malaise.
Pengabdian kepada masyarakat telah dilakukan oleh dosen dan mahasiswa Prodi Ners STIKIM pada tanggal 5 Juni 2019 di daerah binaan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Menurut dosen Prodi Ners STIKIM Ns. Ahmad Rizal, S.Kep, M.Kes, upaya pemberian pendidikan atau promosi kesehatan sangatlah penting untuk memberikan pemahaman mendasar kepada penderita tuberkulosis sehingga diharapkan bisa meminimalkan angka kejadian TB Paru.
(Oleh: Ns. Ahmad Rizal, S.Kep, M.Kes– Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Indonesia Maju, Jakarta)