Penyakit tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat kita. Penyakit tuberculosis paru dimulai dari tuberculosis, yang berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis.
Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil berkulosis paru. Pada saat penderita batuk, butir-butir air ludah bertebangan di udara dan terhisap oleh orang sehat, sehingga masuk kedalam paru-parunya, yang kemudian menyebabkan penyakit tuberculosis paru (Sholeh S.Naga,2014).
Kader adalah seorang yang karena kecakapannya atau kemampuannya diangkat, dipilih dan atau ditunjuk untuk memimpin pengembangan kesehatan disuatu tempat atau desa.
Tugas-tugas yang harus dilaksanakan seorang kader masyarakat, akan amat berbeda-beda dan bervariasi antara satu tempat dibanding tempat lainnya atau antara satu negara dibandingkan dengan negara lainnya. Tugas-tugas mereka itu akan meliputi pelayanan kesehatan dan pembangunan masyarakat.
Praktik penemuan tersangka tuberculosis yang dilakukan oleh kader kesehatan, dilakukan dengan kegiatan – kegiatan sebagai berikut : Penyuluhan di masyarakat tentang penyakit TB paru, Penemuan dan pelaporan tersangka kasus TB paru, Membantu mencari tersangka kasus TB yang tidak mau diperiksa, Mencari penderita TB yang tidak mau berobat, Merujuk tersangka ke puskesmas, Menjadi PMO, Kunjungan rumah.
Upaya pemberian pendidikan atau promosi kesehatan sangatlah penting untuk memberikan pemahaman mendasar kepada penderita tuberculosis tentang Peran Kader dan Media Informasi dengan Penemuan Kasus TB sehingga diharapkan bisa meminimalkan angka kejadian TB Paru.
Pengabdian kepada masyarakat telah dilakukan oleh dosen dan mahasiswa Prodi Ners STIKIM pada tanggal 11 Juni 2017 di daerah binaan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Menurut dosen Prodi Ners STIKIM Lannasari, S.Kp. M.Kep pendidikan kesehatan mengenai peran kader dalam penemuan kasus TB sangat penting diajarkan kepada kader secara berkelanjutan dan terbimbing agar terbentuk perilaku sistem yang lebih baik lagi. Akan tetapi tetap dibutuhkan monev dari berbagai pihak termasuk Puskesmas sebagai ujung tombak kesehatan di masyarakat.
(Oleh: Lannasari, S.Kp. M.Kep – Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Indonesia Maju, Jakarta)