(Oleh: Sugeng Suryanto)
Pada awal tahun 2020, Indonesia digemparkan dengan kasus virus baru atau Coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang terdeteksi pada dua orang warga depok. Penyebaran virus ini sangat cepat hingga menjadi pandemi dalam waktu singkat di Indonesia. Kurangnya pengetahuan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi dari COVID-19 serta kurangnya ketersediaan alat pelindung diri (APD) menjadi penyebab meningkatnya risiko penularan infeksi terhadap tenaga kesehatan yang berada di garis depan.
Banyak ahli bedah dan rumah sakit di awal pandemi memilih menghentikan semua operasi elektif atau untuk menunda operasi yang tidak darurat/ emergency, dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti tingkat ancaman jiwa, risiko morbiditas dan mortalitas bila operasi tidak ditunda, demi keselamatan tim bedah dan pasien itu sendiri, dengan mengambil banyak sekali pertimbangan dan alasan, salah satu alasan yang menonjol adalah perlu untuk menghindari tindakan yang bersifat aerosol/ menghasilkan asap operasi.
Di Era Pandemi COVID-19 ini kita juga harus mempertimbangkan kebutuhan pasien – pasien akan pelayanan tindakan operasi, dengan demikian kita dapat menjadikan Peluang dan Tantangan dalam penyediaan Layanan operasi selama pandemi dengan mempertimbangkan keselamatan pasien dan tim bedah. Untuk mewujudkan pelayanan operasi yang baik, bermutu dan aman di era pandemi COVID-19, perlu adanya komitmen, pemahaman, perhatian dan kesadaran mulai dari pimpinan tertinggi sampai dengan staf terendah untuk menjadikan budaya dalam melaksanakan protocol kesehatan terhadap pelayanan operasi dengan pasien COVID-19, tim bedah maupun anasthesi wajib menggunakan APD level 3 meliputi : topi bedah disposable, masker N95, apron, baju pelindung/ Hazmad, gown coverall/ jasoperasi steril disposable, sarung tangan steril disposable, alat pelindung wajah dan pernapasan/ full face shields, pelindung kaki/ boots, shoe covers, pada saat melakukan prosedur operasi.
Partikel virus COVID-19 berkisar 0,06 – 0,14 mikron, dengan demikian untuk mengevakuasi asap diatermi (Reduce Aerosol Exposure) saat prosedur operasi berlangsung dapat menggunakan Smoke Evacuator Unit, kita ketahui alat ini memiliki Efisiensi penyaringan 99,999% pada ukuran partikel 0,1 – 0,2 mikron dengan menggunakan barier Filter ULPA 4. Pada prosedur Laparoskopik maupun Laparotomie kita juga dapat menciptakan kreasi dan inovasi dengan membuat rakitan sederhana tapi memiliki kerja yang cukup optimal dan baik sebagai alat untuk me Reduce Aerosol Exposure dengan menggunakan box Teleflex untuk WSD dengan terlebih dahulu memasukan larutan antiseptic lalu disambungkan selang connecting tube ke suction dinding dirangkai dengan filter dan selang infus, kalau untuk laparoskopi bisa langsung masuk cannel pada trocard tapi bila laparotomy bisa dirangkai dengan pencil cauter, cara tersebut dapat membantu dalam memberikan pelayanan kepada pasien sekaligus melindungi petugas medis di era pandemi covid-19 ini.