MediaPakem – Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi dengan energi yang digunakan dalam waktu lama. Jika tidak segera ditangani, obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, hipertensi, hingga diabetes. Distribusi kejadian obesitas berhubungan dengan faktor jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status ekonomi.
Mekanisme dasar dari terjadinya kelebihan berat badan sampai obesitas adalah ketidakseimbangan masukan energi dan pengeluarannya. Penyebab dari ketidakseimbangan tersebut adalah mudahnya akses dan variasi jenis makanan yang kaya energi. Sebaliknya oleh kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup terjadi penurunan pengeluaran energi dari 1,69 kkal/ menit/ KgBB menjadi 1,57 kkal/ menit/ KgBB.
Resiko Penyakit akibat Obesitas
Dampak obesitas cukup luas terhadap berbagai penyakit kronik degeneratif seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, kanker dan diabetes tipe 2 serta kelainan tulang. Akibat banyaknya penyakit yang bisa ditimbulkan oleh obesitas sehingga angka morbiditas dan mortalitas penderita obesitas cukup tinggi.
Gagal Jantung
Obesitas dapat menyebabkan penyakit jantung karena pengaruh kolesterol. Obesitas dapat menyebabkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida melonjak. Di sisi lain obesitas juga dapat bisa menurunkan kadar kolesterol baik (HDL). Orang dengan obesitas membutuhkan darah lebih banyak ketimbang orang dengan berat badan normal. Dengan kebutuhan darah yang lebih banyak, praktis tekanan untuk menggerakan darah juga meningkat, sehingga tekanan darah ikut melonjak. Dan hal tersebut dapat menyebabkan serangan jantung.
Obesitas dapat melepaskan zat dalam darah yang bisa membuat plak pecah dan memicu serangan jantung. Obesitas juga dapat membuat jantung stres atau mengalami tekanan dan jika kondisi stres jantung berlangsung secara terus menerus maka lambat laun akan memicu gagal jantung.
Sleep Apnea
Penderita obesitas mengalami masalah tidur apnea (sleep apnea). Masalah tidur apnea dapat membuat seseorang berhenti bernapas selama beberapa kali saat tidur. Sleep apnea dapat memicu tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung.
Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik
Penyakit hati yang umum terjadi ini disebabkan oleh penumpukan lemak di hati. Penyakit ini juga sering dikaitkan dengan penyakit arteri koroner.
Lemak Perut, Insulin, dan Diabetes Tipe 2
Obesitas cenderung lebih berisiko tinggi menyebabkan diabetes ketimbang gagal jantung. Obesitas bisa menyebabkan kadar insulin meningkat dan tentu saja meningkatkan risiko diabetes. Penelitian lain juga menemukan bahwa lemak perut bisa menyebabkan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah kondisi ketika hormon insulin yang disekresi oleh pankreas untuk mengontrol kadar gula darah dalam tubuh tidak lagi bekerja dengan semestinya.
Tekanan Darah Tinggi dan Lemak di Arteri
Semakin berlebihan berat badan, maka semakin tinggi juga tekanan darahnya. Oleh sebab itu, orang yang menderita obesitas memiliki risiko tekanan darah tinggi lebih tinggi ketimbang yang memiliki berat badan ideal.
Penyakit Ginjal
Lemak memang baik untuk ginjal, tapi jika terlalu berlebihan bisa berdampak buruk. Meskipun lemak tubuh yang berada di sekitar ginjal, atau yang biasa disebut jaringan adiposa, melindungi organ tersebut, kelebihan lemak juga bisa meningkatkan risiko penyakit ginjal. Risiko umumnya lebih tinggi pada penderita diabetes dan tekanan darah tinggi. Penyakit ginjal akibat kondisi tersebut menyebabkan lebih banyak kematian ketimbang penyakit diabetes tipe 2.
Kanker Payudara
Setelah menopause, kebanyakan dari produksi estrogen wanita berasal dari jaringan lemak ketimbang dari ovarium. Kalau seorang wanita menderita obesitas dan memiliki jaringan lemak berlebihan, maka ia pasti memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Hal tersebut bisa memicu pertumbuhan tumor di payudara dan rahim.
Bagaimana Gejala Obesitas?
Pada umumnya obesitas tahap awal tidak memiliki gejala yang berdampak pada tubuh. Pengidap akan tahu bahwa dia menderita obesitas adalah ketika dia mengukur indeks masa tubuh (IMT). Diagnosis obesitas terjadi ketika indeks massa tubuh (IMT) adalah 30 atau lebih tinggi.
Seseorang yang mengalami obesitas umumnya akan menunjukkan gejala-gejala berikut ini:
- Sulit tidur
- Merasakan nyeri di bagian punggung dan sendi
- Mengalami depresi
- Merasakan kelelahan dari ringan hingga ekstrim
- Mobilitas Kurang aktif
- Napas tersenggal-senggal
- Berkeringat melebihi biasanya
- Mengalami masalah kulit seperti bisul
Bagaimana Cara Mengatasi Obesitas?
Menurut Kementrian Kesehatan RI ada beberapa tips untuk mengatasi obesitas, yaitu:
- Konsumsi sayur dan buah minimal 5 porsi setiap harinya
- Membatasi tidur yang berlebihan
- Meningkatkan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari. Lakukan secara teratur 3-5 kali per minggu kemudian lakukan penyesuaian setelah beberapa minggu
- Membatasi aktivitas pasif seperti menonton televisi, bermain komputer dan games
- Batasi konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih
Bagaimana Cara Mencegah Obesitas?
Ada beberpa cara mencegah obesitas sejak usia muda menurut Halodoc yaitu:
1. Penuhi Asupan Protein Harian
Mencukupi asupan protein dalam tubuh dapat membuat kamu merasa kenyang lebih lama, sehingga nafsu makan akan menurun. Bukan itu saja, energi dapat tubuh akan lebih optimal untuk beraktivitas.
2. Hindari Makanan Olahan
Menghindari makanan olahan yang mengandung tinggi gula, lemak, dan kalori sangat disarankan untuk obesitas pada remaja.
3. Batasi Asupan Gula
Mengonsumsi makanan atau minuman dengan tambahan guna dapat memicu sejumlah penyakit berbahaya, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan kanker. Oleh karena itu, perlu meminimalkan asupan gula tambahan untuk memperbaiki pola makan.
4. Cukupi Waktu Tidur dan Cairan Dalam Tubuh
Mencukupi waktu tidur adalah salah satu kunci kestabilan berat badan. Jika kurang waktu tidur, akan lebih mudah mengalami kegemukan.
5. Lakukan Diet Rendah Karbohidrat
Diet rendah karbohidrat sangat efektif untuk menurunkan berat badan.
6. Makan Secara Perlahan
Makan terlalu cepat akan membuat tubuh lambat menyadari jika sudah kenyang. Selain itu, rutin menyikat gigi, menyikat gigi setelah makan akan membantu membatasi keinginan untuk mengonsumsi camilan atau makan berlebihan.
(Ditulis oleh: FADHILLAH FATHAN, mahasiswa Prodi S1 Kesmas – Universitas Indonesia Maju)
Terimakasih infonya
Terimakasih atas infonya
semoga kita di jauhi dr segala penyakit aamiin
Sangat membantu sekali infonya terimakasih
Sangan membantu sekali
Mabar – 1
Bagus sekali
Sangat membantu, trimakasih
Bermanfaat sekali, terimakasih informasinya
Sangat membantu informasinya
Sangat membantu buat saya yg rada gemuk
Sangat bermanfaat, Terimakasih Artikel penjelasannya.
Informasi yang sangat berguna
Nice Info๐๐ป๐๐ป
Sangat informatif๐
Kalo makan banyak ga gendut gendut gimana ya minโฆ.
Kalo makan banyak ga gemuk gemuk itu kenapa ya min โฆ.
Alhamdulillah, bermanfaat sekali
Owh,,, seperti itu kah
Sangat bermanfaat untuk mengetahui dan menjaga diri agar tidak terkena obesitas
Thanks for the information
Sangat bermanfaat, terimakasih
Bermanfaat sekali, terimakasih informasinya
Terima kasih infonya, semoga bermanfaat
Terima kasih atas informasinya ๐
Terimakasih atas informasinya. Sangat bermanfaat
Sangat bermanfaat.. terimakasih informasinya.
Terimakasihhh, sangatt informatif sekalii๐๐๐
terima kasih infonya, sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
Good๐๐
Info yang berguna. Ternyata yang berlebihan itu tidak baik. Tks y
Betul juga, baca sampai selesai biar gak gagal paham
Thx for u info, may be useful
i Like it
Terimakasih. Info yang menarik ๐
sangat informatif. terima kasih
widiiii infonya bermanfaat sekali masze๐๐ป